Selasa, 06 Desember 2011

PENERUS KERAJAAN MANJUTO


PENERUS KERAJAAN MANJUTO

Kemudian setelah sebagian daerah pantai dikuasai oleh Inggris Pamuncak Tuo Rencong Telang menyerahkan kekuasaan kepada Depati Anum Mulai Jadi kira-kira pada abad ke 18 Masehi. Pertama kali, “Bunga pasir” diminta oleh Depati Anum Mulai Jadi adalah di Muko-Muko. Inggris memberinya berupa: uang, meriam, bedil, dan kain serta alat-alat makan. Sayang sekali dikala Belanda dapat menembus benteng Depati Parbo, meriam ini disembunyian dalam pari di Dusun Lempur Mudik dan hilang sampai sekarang.

Lama kelamaan alam berubah, zaman beredar, Kerajaan Manjuto yang mempunyai daerah taklukan mulai menyempit, dan redup (Prof. Mr. Mohd. Yamin tahun 1934 yang pernah menyebut–nyebut satu Kerajaan Ulu Sungai yang menghilang). Kerajaan Manjuto bertahan sampai berdirinya dan menyerahkan pemerintahannya kepada Depati Anum Mulai Jadi (Mampado).


PEMERINTAHAN MAMPADO

Setelah Mampado Dewasa dan hidup dengan tenteram bersama saudaranya Meh Telok, pada suatu hari Meh Telok bercakap-cakap dengan adanya Mampado. Meh Telok berkata pada adiknya Mampado: “Hai Mampado! Saya raso sudah puas rasanya kita mendiami daerah ini dari nenek-nenek sampai pada kita, tetapi kita masih tetap seperti perantau mendiami daerah ini karena kita sampai saat ini terutama engkau Mampado sebagai sebagai anak laki-laki tidak diberi gelar depati melainkan bergelar Rio. Sedangkan ayak kita dahulu datan dari Pulau Raman ke sini beliau membawa dua gelar yaitu DEPATI AGUNG dan DEPATI NALI.

Jadi sekarang sudah waktunya engkau menuntut gelar tersebut pada nenekmu Depati Telago (Depati Rencong Telang) di Pulau Sangkar. Seandainya engkau tidak mau menuntut gelar pusako tersebut, biarlah saya akan meninggalkan daerah ini kembali ke Pulau Raman tempat kelahiranku. Mampado pun mengabulkan permintaan kakaknya, beliau Menjawab: “Kalau begitu kata kakak, baiklah sekarang juga aku berangkat ke Pulau Sangkar”. Mampado pun berangkalah ke Pulau Sangkar dengan keris di pinggang, menuntut gelar pusako sebagaimana yang dikatakan oleh kakaknya Meh Telok.

Setibanya di Pulau Sangkar di depan rumah neneknya Depati Telago dengan keris terhunus dia berseru: “Hai nenek! Hari ini kita membongkar pusao dan saya menuntut supaya saya diberi gerar Depati. Kalau tidak, akan aku hitamkan tiang panjang dan siapa yang menghalangi, itulah lawanku”. Mendengar permintaan cucunya, Depati Telago (nenek Mampado) melihat ke halaman dan nampaknya oleh Depati Talago cucunya yang bernama Mampado dengan keris tehunus sedang marah-marah. Depati Talago minta supaya cucunya Mampado naik ke rumah untuk berunding dengan neneknya Depati Telago mengenai permintaan dari Mampado untuk mendapatkan gear Depati. Mampado sebenarnya disamping menuntut gelar, beliau juga melepaskan kemarahan kepada paman beliau sendiri yang bernama Rajo Bujang dikarenakan menurut keterangan Meh Teluk bahwa pamannya itu sendiri yang memecat atau mendatukan orang tuanya ketika membawa gelar Sultan dan Depati Agung dulunya. Rajo Bujang mengetahui maksud dari Mampado, makanya dia hanya berdiam diri saja karena takut akan salah tingkah dan membuat Mampado semakin marah. Oleh sebab itu semua persoalan itu diserahkan kepada Depati Telago sebagai nakek dari Mampado dan diharapkan akan dapat meredam kemarahan cucunya.

Mampado tetap tidak mau naik ke rumah neneknya sebelum diberi gelar Depati. Karena melihat cucunya Mampado tidak mau naik ke rumah dan marahnya semakin menjadi-jadi, neneknya pun merasa cemas pula, maka dengan tergesa-gesa diambilnya canang lalu dibunyikannya dan beliaupun berkata: “Hai seluruh penduduk Pulau Sangkar, dengan ini saya beri tahukan bahwa mulai dari saat ini Mampado saya beri gelar depati, yaitu Depati Anum yang mana Depati Anum ini boleh mengerat putus dan memakan habis dalam daerah Ujung Tanjung Muaro Danau (Lempur sekarang).
Setelah menerima gelar itu Mampado gelar Depati Anum, lalu naik ke rumah neneknya Depati Telago dan selanjutnya diadakan pula kenduri untuk peresmiannya menjabat gelar Depati Anum itu, dengan memotong kambing se ekor dan beras dua puluh.

Keesokan harinya Mampdo gelar Depati Anum pun berangkat kembali ke Lempur. Setelah sampai di Lempur lalu Mampado gelar Depati Anum langsung menemui kakaknya Meh Telok dan menceritakan pada Meh Teluk bahwa perjuangannya telah selesai, yaitu dia telah mendapat gelar Depati Anum.

Mendengar itu jangankan bergembira, melainkan masih bersedih hati karena ia tahu gelar pusako yang dibawa oleh ayahnya dari Pulau Raman bukan Depati Anum melainkan Depati Agung dan Depati Nali, maka lalu Meh Telok berkata pada Depati Anom: “Gelar usako kita bukan Depati Anum melainkan Depati Agung”. Jika Depati Agung tidak kita miliki, saya tetap akan meninggalkan daerah ini”. Setelah berpikit sebentar maka Depati Anum pun menjawab: “Jangan cemas, gelar pusako Depati Agung akan tetap saya perjuangkan ke Pulau Sangkar”.


Tidak beberapa lamanya berangkalah Depati Anum ke Pulau Sangkar, dan menepat di rumah neneknya Depati Talago. Dpati Anum lalu mengulurkan cerano sirih pada Dpati Talago dan menyampaikan maksudnya ialah disamping gelar Depati Anum ia ingin pula agar gelar seko Depati Agung dapat pula disandangnya. Depati Telago tidak berkeberatan, asal saha sanggup memenuhi segala syarat-syatnya antara lain:



  1. Memotong kerbau seekor dan beras seratus.
  2. Upacara pemberian gelar itu diadakan di Lempur dengan mengundang Depati Telago   dan kembarkannya untuk menghadiri peresmian itu.

Depati Anum sanggup memenuhi segala syarat-syarat tersebut di atas, Cuma hari peresmiannya akan ditentukan setelah Depati Anum sampai di Lempur.
Setelah perundingan selesai, Depati Anum minta diri untuk kembali ke Lempur. Sesampainya di Lempur Depati Anum menceritakan pada Meh Telok, bahwa apa yang dicita-citakan oleh Meh Telok sudah terpenuhi, Cuma menunggu hari peresmiannya saja lagi. Meh Telok sangat bergembira mendengar kabar tersebut, maka Meh Telok pun mengadakan persiapan untuk hari peresmian Depati Agung, dan hari peresmian pun sampai maka dilantiklah Depati Agung oleh Depati Talago bertempat di Lempur. (post : MHD.ZAID)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar